Matahari menyapa pagi yang cerah. Menyinari setiap sudut  ruangan yang menjadi saksi kemurnian kesuksesan yang kualami.

Assalamualaikum, hai aku zaiq muslimah syura kalian  bisa panggil aku zaiq. Ini cerita perjalanan hidupku yang terukir dari mimpi menjadi kenyataan.


    Dikali umur ku yang sudah mencapai 20 tahun aku sangat bersyukur atas semua yang kupelajari di 20 tahun ini. Angka itu begitu luar biasa, bisa membuat ku berubah menjadi sosok yang dulunya bermimpi dan sekarang menjadi kenyatan. Ini dia cerita ku.


    3 tahun yang lalu zaiq masih duduk dibangku sekolah menengah atas. Zaiq adalah anak dari keluarga yang bisa dibilang kekurangan. Keluarganya mempunyai akhlak yang baik terhadap sesama, begitu juga dengan zaiq. Dia sangat sayang kepada orangtua serta adik perempuannya. Hidup nya penuh dengan keterbatasan, tetapi zaiq tetap semangat menggapai cita - citanya menjadi pengusaha sukses.


Pagi hari.......

Zaiq : " selamat pagi bu, pak."

Ibu : " pagi zaiq."

Zaiq : " hari ini aku ada percobaan utbk pak".

Bapak : " terus zaiq sudah belajar?".

Zaiq : " sudah pak. Walaupun ini cuma percobaan, tapi zaiq mau ngetes seberapa bisa sih zaiq jawab soalnya".

Ibu : " wah ibu bangga sama anak ibu semoga nantinya kamu bisa mengangkat derajat orangtua ya nak".

Bapak : " iya lah bu, bapak yakin pasti zaiq menjadi anak yang sukses ".

Zaiq : " amin. Bapak sama ibu doain zaiq ya semoga zaiq bisa menggapai cita - cita zaiq".

Bapak : " iya pasti bapak sama ibu doain zaiq".

Zaiq : " yaudah kalau begitu zaiq berangkat sekolah dulu ya".

Bapak : " iya nak hati - hati ".

Zaiq : " iya pak, bu assalamualaikum".

Bapak : " walaikumussalam".

Ibu : " waalaikumussalam ".


     Diperjalanan, zaiq selalu memikirkan cita - cita yang akan digapainya. Zaiq yakin saat dia memikirkan itu, semangat untuk menggapai cita - cita nya semakin besar. Beberapa menit perjalanan akhirnya zaiq sampai di sekolahnya. Zaiq langsung menuju ke kelasnya yang terletak di dekat ruang osis.


Zaiq : " assalamualaikum ."

Teman: "waaikumussalam".

Rita : " eh zaiq gimana nih, kamu mau gak ikut tes masuk universitas negeri".

Zaiq : " emm, aku gak yakin sih kalau aku bakal lolos dari tes itu. Tahun kemaren aja, aku sudah gagal".

Mela : " kamu gak boleh minder, pasti kali ini kamu bakal lolos dari tes itu".

Hilda : " iya zaiq yang tahun kemaren, kamu aja sudah  masuk 10 besar, itu aja para guru sudah senang banget kamu masuk 10 besar. Yah, mungkin belum rezeki kamu buat masuk ke universitas negeri secara gratis. Sayangnya universitas negeri cuma ngambil 5 orang untuk mendapatkan biaya gratis".

Zaiq : " yaudah deh aku kali ini ikut lagi tes itu. Semoga kali ini rezeki aku".

Mela : " iya amin".


  Saat jam istirahat tiba, zaiq langsung bergegas ke perpustakaan untuk meminjam beberapa buku yang akan dipelajari untuk tes itu. Saat diperjalanan menuju perpustakaan zaiq tiba - tiba dipanggil oleh ibu siti walikelas zaiq.


Ibu siti : " zaiq nak".

Zaiq : " oh iya bu".

Ibu siti : " zaiq, ibu dengar kamu mau ikut tes universitas negeri ya".

Zaiq : " oh iya bu, Itu benar".

Ibu siti : " kalau begitu semangat ya nak. Semoga tahun ini kamu terpilih ya".

Zaiq : " iya bu terimakasih. Yaudah bu saya ke perpustakaan dulu".

Ibu siti : " iya sudah ibu juga mau ke kantor".

Zaiq : " siap bu".



   Jam menunjukkan pukul 15.00 WITA .  Zaiq harus segera pulang agar dia bisa mempersiapkan bahan pembelajaran tesnya. Diperjalanan pulang zaiq bertemu dengan dina, yang mana dia adalah murid seangkatan zaiq. Dina merupakan anak dari seorang dokter yang terkenal. Dina ingin mengikuti karir ayahnya menjadi seorang dokter. Namun, sikap dina yang selalu sombong terhadap orang yang di bawahnya membuat orang disekitarnya tidak suka dengan dia. Walaupun begitu, dina tetap saja menjadi orang yang tidak perduli. Dina hanya berpikir kalau dia orang kaya, dimana dia bisa mendapatkan semua yang diinginkan dengan kekayaannya itu.


Dina : " eh ada orang susah lewat".

Zaiq : " kenapa sih kamu din? Kok kamu gak suka banget sama aku".

Dina : " kamu tanya aku kenapa gak suka sama kamu. Dengar ya zaiq aku gak suka banget sama kamu. Orang kaya kamu itu gak pantes bergaul sama orang kaya aku".

Zaiq : " dina emangnya kalau berteman harus mandang kekayaan ya".

Dina : " ya iyalah. Secara aku itu anak orang kaya. Jadi orang seperti kamu gak bakalan sukses nantinya. Kamu aja buat makan susah apalagi buat jadi orang sukses, pasti kamu gak bakalan sukses".

Zaiq : " din asal kamu tau ya. Aku memang orang susah, tapi setidaknya aku gak kaya kamu yang sombongnya tingkat dewa. Dan kamu perlu tau aku tetap yakin 100 persen aku bakal jadi orang sukses".

Dina : " terserah kamu aja deh. Orang susah".



  Dina pergi meninggalkan zaiq yang berada di tepi jalan. Sekitar 20 menit, akhirnya  zaiq sampai di rumah. Saat sampai di rumah, betapa terkejutnya zaiq melihat orangtuanya yang berbicara serius. Zaiq pun mendengar percakapan kedua orangtuanya sambil bersembunyi di balik tembok perbatasan kamar orangtuanya dengan kamar zaiq.


Ibu : " pak, bagaimana ini keuangan kita sudah mulai menipis?".

Bapak : " iya bu, sabar. Sekarang ini hasil nelayan bapak sangat tidak tentu. Apalagi dengan cuaca yang setiap harinya tidak jelas".

Ibu : " iya pak, ibu selalu sabar. Tapi bagaimana juga sebentar lagi zaiq akan lulus sekolah pak. Kita tidak pernah bertanya kepada zaiq, apakah dia ingin lanjut kuliah atau bekerja".

Bapak : " iya bu, bapak juga memikirkan itu. Kalau memang zaiq ingin melanjutkan kuliah, bapak mau cari hutangan dulu buat bayar pendaftaran zaiq".


  Melihat percakapan orangtuanya zaiq sangat sedih mendengar kondisi keuangannya yang sudah mulai menipis. Zaiq bergegas masuk ke kamarnya dengan berpikir sejenak.


Zaiq : " ternyata selama ini bapak sama ibu sangat kesulitan. Apakah aku bisa ya, melakukan tes masuk universitas negeri. Aku harus bisa melakukannya demi masa depan ku. Kalau memang tidak lolos, aku jadikan itu pembelajaran".


Penulis : Ika Pebrianti

Desain : Abdi Akbar

----------------

Folow Kami di Instagram : @venusdigital._